Hai, semua!. Gimana, nih kabarnya setelah sekian lama liburan?. Pasti sehat-sehat aja, kan?. Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi di blog ini setelah sekian lama bingung mau nulis apa, hehe. Oh iya, sebelumnya, aku ingin mengucapkan “Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf lahir dan batin” kepada kalian semua jikalau aku punya salah. Mulai dari yang disengaja, maupun yang tidak disengaja. Udah telat banget ya, aku ngucapinnya?. Yah, walaupun lebaran dah lewat, tapi kan untuk saling memaafkan itu nggak harus pas lebaran aja, betul?. Oke, lanjut.
Kali ini, aku bakal bercerita
sekilas tentang pengalamanku selama libur lebaran kemarin. Libur lebaran tahun
ini, aku pergi ke Padang dan juga beberapa kota lainnya di Sumatera Barat. Coba
tebak, aku ke sana naik apa?. Yap!, mobil!. Mobil?, kan padang jauh, kok naik
mobil?. Soalnya, kalau naik mobil, nanti kita bisa lebih leluasa
keliling-keliling kota Padang. Jadi, nggak usah repot-repot nyewa mobil selama disana. Tapi,
otomatis, waktu untuk bisa sampai ke tempat tujuan lebih lama dibandingkan
pesawat. Tapi, yaa.. nikmatin aja lah, hehe. Aku berangkat tanggal 29 Juni
malam. Tepatnya jam 10 malam. Perlu waktu 3 hari 2 malam untuk sampai di
provinsi Sumatera Barat.
Sampai hari kedua lebaran, aku
menginap di rumah sanak saudara yang ada di kota Solok. Di kota inilah dulu
nenekku di besarkan. Hari pertama, aku pergi melihat Danau Singkarak, Danau Di
Ateh, dan Istano Basa Pagaruyung. Apa bedanya Danau Singkarak dengan Danau Di
Ateh?. Kalau Danau Di Ateh itu berada di daerah pegunungan, sedangkan Danau
Singkarak tidak. Tapi, dua-duanya sama-sama bagus, kok!. Setelah itu, aku dan keluargaku beranjak ke
Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar. Dulu, istana ini merupakan tempat
tinggal keluarga kerajaan Padang. Sekarang, istana berbentuk rumah gadang ini
dijadikan semacam museum peninggalan keluarga kerajaan.
Hari kedua sebelum lebaran, aku bersinggah ke Kota
Bukittinggi. Di sini aku mengunjungi rumah seorang saudara. Setelah itu, aku
beranjak pergi mengunjungi ikon Sumatera Barat, atau yang biasa disebut Jam
Gadang. Karena hari sudah semakin gelap dan jalanan juga sudah mulai macet, aku
dan keluargaku bergegas pulang menuju Solok. Sebelumnya, kami makan malam
terlebih dahulu di sebuah rumah makan Padang. Perjalananan dari Kota
Bukittinggi – Kota Solok memakan waktu sekitar 4 jam. Dan selama perjalanan itu
pula aku tertidur pulas di mobil.
Keesokkan harinya, aku hanya
beristirahat di rumah, lalu siangnya pergi ke rumah kakak sepupu nenekku. Aku
juga pergi berziarah ke makam almarhum kakek buyutku. Makam itu terletak persis
dibelakang sebuah musholla yang ternyata didirikan oleh almarhum kakek buyutku.
Sesampainya di rumah, aku membantu bunda dan nenekku menjemur baju. Malam itu
adalah malam takbiran. Aku dan adikku pergi melihat semacam karnaval atau pawai
takbiran yang diselenggarakan warga setempat. Para pemuda itu berjalan keliling
kampung dengan membawa obor dan meneriakkan lafaz takbir dengan lantang.
Allaahuakbar.. allaahuakbar..
Hari yang dinanti seluruh umat
muslim di seluruh dunia pun akhirnya tiba. Hari yang penuh dengan kegembiraan
setelah satu bulan penuh berpuasa (hayoo.. siapa yang bolong-bolong puasanya?).
Pagi itu, aku dan keluargaku bergegas pergi menuju Masjid Raya Saniangbaka
untuk melaksanakan shalat i’ed berjamaah. Selepas shalat, aku pergi kembali ke
rumah saudaraku untuk bermaaf-maafan. Tak lupa, kami juga menyantap hidangan
khas ldul Fitri, ketupat dan opor ayam. Biasanya, setiap Idul Fitri, masyarakat
disini memasak lemang. Tahu nggak, lemang itu apa?.
Sekilas lemang ini
memang mirip dengan Lemper yang sudah sering aku makan, tetapi lebih besar dan
panjang. Di pasar, penjual meletakkan lemang yang masih terbungkus daun pisang
yang layu diatas bambu yang sudah enggak utuh lagi. Belakangan aku tahu kalau
Lemang ini ternyata makanan dari beras ketan yang cara memasaknya adalah dengan
dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun
pisang. Setelah tu baru dibakar sampai matang deh. Fix! Jadi Lemang ini
agak mirip lemper tapi ukurannya lebih raksasa dan cara memasak yang
berbeda. Sayangnya, lebaran tahun ini aku tidak bisa memakan lemang yang
menjadi kudapan kesukaan orang minang itu, huhuhu.
Setelah selesai
berkumpul dengan sanak saudara, aku memilih untuk ganti baju (karena udah dari tadi keringetan).
Hawa panas siang di kota Solok ini memang sudah bisa dibilang mirip dengan
panas Jakarta. Setelah ganti baju, aku kembali mengerjakan tugasku, menjemur
baju. Malamnya, kami hanya di rumah. Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali, aku
dan keluargaku sudah meninggalkan kota Solok. Kami menuju ke arah Maninjau. Kami
sampai disana pukul 3 pagi. Kalau kota Solok itu kampung nenekku, kota Maninjau
adalah kampung almarhum Kakekku. Di Maninjau ini, kami sudah booking hotel yang
berada persis di pinggir Danau Maninjau. Waah.. pemandangannya top banget,
deh!. Nama hotelnya “Beach Guest House”. Kalau kalian mau menginap di Maninjau, coba deh cek blog
mereka (promosi :p).
Setelah semalam
menginap disini, aku dan keluargaku kembali menuju kota Padang. Tujuannya
apalagi kalau bukan untuk belanja oleh-oleh. Kami belanja di Toko Oleh-Oleh
Christine Hakim. Selepas shalat dzuhur, aku dan keluargaku kembali melanjutkan
perjalanan menuju Jakarta. Alhamdulillah, senang rasanya bisa melihat dan
merasakan keindahan alam Sumatera Barat. Kata Bunda, kita bukan sekadar
liburan, tapi juga tafakur alam. Tafakur Alam merupakan perbuatan yang diperintahkan dalam agama dan
ditunjukkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan untuk merenungkan berbagai
fenomena alam. Walaupun belum bisa merasakan enaknya
lemang, alhamdulillah lebaran tahun ini aku masih bisa berkumpul dengan
keluargaku. Sampaikanlah kami semua pada lebaran tahun depan, ya Allah, amiiin.
Nah, seperti itulah
cerita pengalamanku selama libur lebaran. Gimana dengan liburan kalian?, seru,
tidak?. Semoga artikel ini dapat bermanfaat, ya!. Sampai ketemu! J.
xoxo