Senin, 25 Juli 2016

CERITA LIBUR LEBARAN


Hai, semua!. Gimana, nih kabarnya setelah sekian lama liburan?. Pasti sehat-sehat aja, kan?. Alhamdulillah akhirnya bisa nulis lagi di blog ini setelah sekian lama bingung mau nulis apa, hehe. Oh iya, sebelumnya, aku ingin mengucapkan “Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf lahir dan batin” kepada kalian semua jikalau aku punya salah. Mulai dari yang disengaja, maupun yang tidak disengaja. Udah telat banget ya, aku ngucapinnya?. Yah, walaupun lebaran dah lewat, tapi kan untuk saling memaafkan itu nggak harus pas lebaran aja, betul?. Oke, lanjut.

Kali ini, aku bakal bercerita sekilas tentang pengalamanku selama libur lebaran kemarin. Libur lebaran tahun ini, aku pergi ke Padang dan juga beberapa kota lainnya di Sumatera Barat. Coba tebak, aku ke sana naik apa?. Yap!, mobil!. Mobil?, kan padang jauh, kok naik mobil?. Soalnya, kalau naik mobil, nanti kita bisa lebih leluasa keliling-keliling kota Padang. Jadi, nggak usah repot-repot nyewa mobil selama disana. Tapi, otomatis, waktu untuk bisa sampai ke tempat tujuan lebih lama dibandingkan pesawat. Tapi, yaa.. nikmatin aja lah, hehe. Aku berangkat tanggal 29 Juni malam. Tepatnya jam 10 malam. Perlu waktu 3 hari 2 malam untuk sampai di provinsi Sumatera Barat.

Sampai hari kedua lebaran, aku menginap di rumah sanak saudara yang ada di kota Solok. Di kota inilah dulu nenekku di besarkan. Hari pertama, aku pergi melihat Danau Singkarak, Danau Di Ateh, dan Istano Basa Pagaruyung. Apa bedanya Danau Singkarak dengan Danau Di Ateh?. Kalau Danau Di Ateh itu berada di daerah pegunungan, sedangkan Danau Singkarak tidak. Tapi, dua-duanya sama-sama bagus, kok!.  Setelah itu, aku dan keluargaku beranjak ke Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar. Dulu, istana ini merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Padang. Sekarang, istana berbentuk rumah gadang ini dijadikan semacam museum peninggalan keluarga kerajaan.

Hari kedua sebelum lebaran, aku bersinggah ke Kota Bukittinggi. Di sini aku mengunjungi rumah seorang saudara. Setelah itu, aku beranjak pergi mengunjungi ikon Sumatera Barat, atau yang biasa disebut Jam Gadang. Karena hari sudah semakin gelap dan jalanan juga sudah mulai macet, aku dan keluargaku bergegas pulang menuju Solok. Sebelumnya, kami makan malam terlebih dahulu di sebuah rumah makan Padang. Perjalananan dari Kota Bukittinggi – Kota Solok memakan waktu sekitar 4 jam. Dan selama perjalanan itu pula aku tertidur pulas di mobil.

Keesokkan harinya, aku hanya beristirahat di rumah, lalu siangnya pergi ke rumah kakak sepupu nenekku. Aku juga pergi berziarah ke makam almarhum kakek buyutku. Makam itu terletak persis dibelakang sebuah musholla yang ternyata didirikan oleh almarhum kakek buyutku. Sesampainya di rumah, aku membantu bunda dan nenekku menjemur baju. Malam itu adalah malam takbiran. Aku dan adikku pergi melihat semacam karnaval atau pawai takbiran yang diselenggarakan warga setempat. Para pemuda itu berjalan keliling kampung dengan membawa obor dan meneriakkan lafaz takbir dengan lantang. Allaahuakbar.. allaahuakbar..

Hari yang dinanti seluruh umat muslim di seluruh dunia pun akhirnya tiba. Hari yang penuh dengan kegembiraan setelah satu bulan penuh berpuasa (hayoo.. siapa yang bolong-bolong puasanya?). Pagi itu, aku dan keluargaku bergegas pergi menuju Masjid Raya Saniangbaka untuk melaksanakan shalat i’ed berjamaah. Selepas shalat, aku pergi kembali ke rumah saudaraku untuk bermaaf-maafan. Tak lupa, kami juga menyantap hidangan khas ldul Fitri, ketupat dan opor ayam. Biasanya, setiap Idul Fitri, masyarakat disini memasak lemang. Tahu nggak, lemang itu apa?. 

Sekilas lemang ini memang mirip dengan Lemper yang sudah sering aku makan, tetapi lebih besar dan panjang. Di pasar, penjual meletakkan lemang yang masih terbungkus daun pisang yang layu diatas bambu yang sudah enggak utuh lagi. Belakangan aku tahu kalau Lemang ini ternyata makanan dari beras ketan yang cara memasaknya adalah dengan dimasak dalam seruas bambu, setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Setelah tu baru dibakar sampai matang deh. Fix! Jadi Lemang ini agak mirip lemper tapi ukurannya lebih raksasa dan cara memasak yang berbeda. Sayangnya, lebaran tahun ini aku tidak bisa memakan lemang yang menjadi kudapan kesukaan orang minang itu, huhuhu.

Setelah selesai berkumpul dengan sanak saudara, aku memilih untuk ganti  baju (karena udah dari tadi keringetan). Hawa panas siang di kota Solok ini memang sudah bisa dibilang mirip dengan panas Jakarta. Setelah ganti baju, aku kembali mengerjakan tugasku, menjemur baju. Malamnya, kami hanya di rumah. Keesokkan harinya, pagi-pagi sekali, aku dan keluargaku sudah meninggalkan kota Solok. Kami menuju ke arah Maninjau. Kami sampai disana pukul 3 pagi. Kalau kota Solok itu kampung nenekku, kota Maninjau adalah kampung almarhum Kakekku. Di Maninjau ini, kami sudah booking hotel yang berada persis di pinggir Danau Maninjau. Waah.. pemandangannya top banget, deh!. Nama hotelnya “Beach Guest House”. Kalau kalian mau  menginap di Maninjau, coba deh cek blog mereka (promosi :p).

Setelah semalam menginap disini, aku dan keluargaku kembali menuju kota Padang. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk belanja oleh-oleh. Kami belanja di Toko Oleh-Oleh Christine Hakim. Selepas shalat dzuhur, aku dan keluargaku kembali melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Alhamdulillah, senang rasanya bisa melihat dan merasakan keindahan alam Sumatera Barat. Kata Bunda, kita bukan sekadar liburan, tapi juga tafakur alam. Tafakur Alam merupakan perbuatan yang diperintahkan dalam agama dan ditunjukkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan untuk merenungkan berbagai fenomena alam. Walaupun belum bisa merasakan enaknya lemang, alhamdulillah lebaran tahun ini aku masih bisa berkumpul dengan keluargaku. Sampaikanlah kami semua pada lebaran tahun depan, ya Allah, amiiin.

Nah, seperti itulah cerita pengalamanku selama libur lebaran. Gimana dengan liburan kalian?, seru, tidak?. Semoga artikel ini dapat bermanfaat, ya!. Sampai ketemu! J.

xoxo